Potong Rambut si Toddler

Beberapa minggu yang lalu, salah seorang teman dalam support group saya posting status di path, yang isinya kira-kira susah banget potong rambut anak laki-lakinya yang baru berumur 2.5 tahun, saya comment di path, “same here!” Meskipun adek lebih kalem, tapi Kakak dan Adek ini keduanya drama kalau mau potong rambut 😅

Awalnya si Kakak, dipotong rambutnya oleh si bebeb. Tadinya, hanya pakai gunting, tapi karena lama prosesnya, akhirnya si bebeb beli clipper buat memotong rambut anaknya. Percobaan pertama gagal, Kakak kabur karena tidak suka dengan suara hair clippernya. Bebeb tidak hilang akal, beli lagi clipper yang less noise, tetep aja, Kakak kabur 😂 Oh, jangan tanya ya, kenapa ga coba di tempat potong rambut anak di mall semacam kiddy cut? Kami pernah coba, masuk aja ga mau 😜

Perlu waktu membujuk si Kakak untuk mau potong rambut lagi, sampai akhirnya kami pernah potong rambutnya waktu tidur. Coba dengan clipper, tapi anaknya langsung terbangun. Coba dengan gunting, susah bener deh. Kami akhirnya membuat kesepakatan, dan Kakak mau potong rambut dengan gunting saja. Tidak mau clipper. Lama guntingnya? Lama dong! Lancar? Enggaaaa…Kakak reweeeelll, karena semakin lama, semakin gerah, potongan rambut kecil-kecil menempel karena keringat dan membuatnya gatal. Kami buat kesepakatan lagi, Kakak mau potong rambut asal boleh sambil main bedak tabur. Iya, bedak bayi tabur itu. Supaya mau tenang, Kakak diijinkan main adonan bedak dan air, lalu kalau gatal, bedaknya langsung digunakan untuk ditaburkan ke badan.

Boros dong ya? Ya, anggap saja konversi harga potong rambut di mall dengan bedak botol 😅 (*mestinya tetap lebih murah sih, harga sebotol bedak di bawah 10ribu rupiah kok, potong rambut di mall? 10x lipatnya!)

Drama potong rambut menurun ke Adek. Entah si Adek ini ketularan Kakak atau beneran takut potong rambut, tapi kalau potong rambut bareng Kakak, treatmentnya mesti sama. Dua anak mesti pakai bedak tabur untuk dibuat adonan supaya perhatiannya teralihkan.

Sudah 5 tahun seperti itu, dan Kakak semakin bisa diajak ngobrol. Si Bebeb pun berusaha merayu anaknya untuk mau belajar potong rambut dengan clipper. Oiya si Kakak hampir selalu ikut Papahnya potong rambut ke tukang cukur asli3rut (*asli ti-garut, atawa asli dari garut) yang 10ribuan udah kece dan plus pijet kepala dan punggung 😆. Minggu lalu, sambil anter Papahnya, pulang-pulang rambut Kakak juga sudah dicukur. Dan ternyata, mau loh dipotong pakai clipper! Saya senaaaaang sekali 😍😍😍😍😍

Anaknya memang masih dipangku saat rambutnya dicukur, tapi waktu saya tanya bagaimana rasanya dipotong rambutnya dengan clipper jawabnya “Geli sih, tapi tidak sakit kok” Yiiipppiiieee (*ibunya kesenengan, budget beli bedak tabur bisa dihemat #eh 😜) dan mukanya senaaang sekali waktu saya ucapkan selamat karena Kakak berhasil mengalahkan rasa takutnya pada clipper.

Adek gimana? Surprisingly, di rumah ketika dipotong rambutnya beberapa hari lalu, Adek mau pakai clipper dan tanpa perlu pakai bedak tabur 😂😂 (*berarti yang kemarin niru Kakak ya Dek) dan potong rambutnya sebentar plus lancar.

Semoga seperti itu seterusnya yaaa nak-anak 😘

#day108

Kecil Buat Kita, Besar Buat Mereka

Bulan lalu, caregiver kesayangan Ibu-Ibu di daycare mendapat musibah, Ibunya meninggal dunia. Namanya juga caregiver kesayangan ya, Ibu-Ibu ramai mau saweran memberikan uang duka untuk si caregiver. Ternyata tak cuma si caregiver kesayangan yang tertimpa kemalangan, ada 1 caregiver lagi yang juga baru keguguran. Kenapa jadi dibahas? Tinggal kumpulin aja duitnya terus diberikan ke yang bersangkutan…

Di daycare ini, peraturan terkait pemberian hadiah/sumbangan/makanan secara personal amat sangat dilarang. Tujuannya baik, mencegah kecemburuan sosial. Bener juga sih, kalau 1 dikasi dan yang lain tidak, bisa jadi saling iri. Atau kalau orang tua A rajin memberi, mungkin hanya anak si A saja yang akan diperhatikan, yang lain tidak. Jadi, kalau mau memberi sesuatu, ya berilah ke seluruh caregiver, jangan ke perorangan. Kalaupun mau memberi ke semuanya, berikan dalam jumlah dan jenis yang sama, kalau tidak? Tunggu aja teguran dan peringatannya ya 😑

Beruntung ada yang cukup senior di antara orang tua, yang kenal secara personal dengan 2 caregiver ini dan punya nomer hp mereka (*seharusnya inipun melanggar peraturan, orangtua dan caregiver mestinya ga saling kontak di luar secara personal). Caregiver yang ibunya meninggal berhasil dihubungi, tapi yang satunya tidak. Sampai kami tidak bisa lagi menghubungi kemana-mana karena ternyata si caregiver ini resign. Mungkin belum rejekinya.

Hasil saweran ini pun dibahas mau diapakan. Keputusannya adalah akan kita belikan makan siang untuk seluruh caregiver, guru, dan koordinator daycare yang semuanya berjumlah 20 orang. Dengan sisa uang 1 juta rupiah, di whatsapp group kami rembukan, mau dibelikan menu makan siang apa. Ada yang usul nasi padang Sederhana, nasi lengkap Dapur Solo atau Ny. Hendrawan, ada yang makanan Manado, ayam goreng Suharti, Bakmi GM (*emak2 banget ya, semangat tinggi kalau bagian bahas makanan 😜)

Yang jelas banyak ide sampai si koordinator Ibu-Ibu ini bingung sendiri dan memutuskan, mending tanya ke para caregiver, mau makan siang apa (*yea rite, kenapa ga dari awal aja 😅). Semua ide Ibu- Ibu ini pun disampaikan, lalu mereka usul untuk pesen, KFC…

Iya KFC.

Ketika ide mereka dilempar lagi ke Ibu-Ibu, spontan saling menjawab, “kok KFC sih?” Buat Ibu-Ibu segrup, sepertinya KFC sudah di luar list. Ekspektasinya biar si caregiver ini makan yang sehat, yang mahalan dikit, dan yang jarang-jarang dimakan. 

Untuk ukuran kita, mungkin KFC sudah puas kita makan mungkin waktu jaman sekolah dulu. Tapi ternyata tidak buat mereka. Caregiver-caregiver ini tidak jauh beda dengan ART atau babysitter kita di rumah, mereka datang jauh-jauh dari pelosok kampung, bukan orang mampu, lalu mengadu nasib ke kota, menjadi support system kita. Buat mereka, KFC ini mewah. Jadi ketika si Ibu koordinator menyetujui bahwa kami akan mengirimkan lunch box KFC, mereka senaaang sekali. Salah satu dari mereka bilang, sudah lama sekali mereka tidak makan KFC dan ingin sekali makan tapi mahal. Terenyuh sekali rasanya hati saya. Siang itu mereka akhirnya menikmati paket 2 ayam KFC plus nasi plus cold drink. 

Buat kita, harga KFC mungkin tidak seberapa. Dan mau makan KFC sering-sering pun, mungkin bisa. Tapi buat mereka, ini rejeki besar. Dan mereka bersyukur sekali karena dikirimi makan siang KFC ini. Rasanya kalau ingat kejadian ini, saya merasa saya ini orang yang kurang bersyukur. Kadang-kadang masih mengeluhkan hidup yang saya jalani 😳 Padahal ada mereka yang mungkin hanya untuk bisa menikmati seporsi KFC saja, harus menunggu kiriman dari orang lain.

Mungkin tepatnya saya yang belajar dari mereka. Mungkin ini hal kecil buat kita, tapi besar artinya buat mereka, dan besar juga pelajaran yang saya dapatkan dari mereka

#day107

Kurus = Tidak Bahagia?

Setelah melahirkan anak kedua, berat badan saya yang sempat naik 18 kg berhasil turun ke berat semula (bahkan defisit 2 kg) dalam waktu 6 bulan saja. Iya saya berhasil menurunkan berat badan 20 kg

Berbeda dengan saat melahirkan anak pertama, saya hanya berhasil menurunkan 18 kg dari total 20 kg kenaikan berat badan selama hamil

Jadi setelah kelahiran anak kedua, saya bisa mencapai berat badan saya saat sebelum menikah 😀

Tadi siang saya menghadiri acara keluarga. Sepupu dekat saya (*yang rada jarang ketemu) membuat syukuran untuk rumah barunya. Dan ketika bertemu, dia langsung menarik saya dan menginterogasi, “kenapa kamu kurus banget?” Saya jawab sambil cengengesan “iya dong, kan mesti diet dan jaga makan”dengan muka agak menuduh si kakak sepupu saya bilang “yakin? Bukan karena stress sama suami kamu?” lalu saya ngakak sepuas hati 😆😆😆

Mungkin seharusnya saya ga perlu kaget, mengingat sepupu saya dari Om dan Tante yang ini memang terkenal overprotektif pada saya. Mereka empat bersaudara, semuanya laki-laki, dan saya sering menjadi anak kelima dan perempuan satu-satunya mereka. What a privilege 😆

Tapi ga cuma sepupu saya, memang ada kelompok orang tertentu yang mengidentikkan kurus itu karena tidak bahagia, dan benar juga sih, orang-orang yang tidak bahagia mungkin lelah berpikir setiap harinya, sehingga mungkin tanpa disadari badannya jadi mengurus. Jangan lupa juga, ada kelompok orang yang kalau tidak bahagia atau stress, larinya malah ke makanan, emotional eater kalau istilah saya 😆 jadi ya tidak bisa serta merta disimpulkan kalau kurus itu tidak bahagia kan yaaa 😜

If you ever read this my big brother, I ensure you, I am happy right now with my little family 😄 and thank you for always thinking about my happiness :):)

#day106

Mudah-Mudahan Kita Apa Adanya..

Selamanya..

Kira-kira begitu deh kalimat sahabat saya ketika saya curhat soal drama di kantor belakangan ini. Sahabat saya ini, kenal di kantor, lagi cuti setahun menemani suaminya yang lagi kuliah di London.

Few weeks before, saya merasa bagaimana yang namanya ‘politik’ di kantor itu sedang beraksi. Namanya politik ya, buat saya, tidak melihat, mana kawan, mana lawan. Kawan bisa jadi lawan, lawan bisa jadi kawan. Biasa saja? Buat saya, persahabatan tidak bisa dipolitisasi 🙂 once it happens, there is no way to turn back.

Sah-sah saja kok sebenarnya yang dilakukan, humanis sekali. Setiap manusia, naturally pasti ingin lebih baik dalam hidupnya. Di dalam karirnya, pasti ingin jenjang yang lebih tinggi. Tujuan orang masing-masing berbeda, tapi prinsip saya, tidak dengan menelikung sahabat. Bukan sahabat namanya, di depannya kita mendukungnya, di belakangnya kita mengetahui kelemahannya dan menggunakan kelemahan yang sudah diketahui untuk menaikkan posisi kita. Once again, ga ada yang salah dalam kompetisi, but I don’t do that to my bestfriend.

Sok pahlawan ya?

Kira-kira prinsip saya begitu soal persahabatan. Sahabat ya mesti apa adanya, terbuka bilang bahwa, saya mau apa yang kamu mau. Ya sudah, kita pikirkan caranya sama-sama. Sahabat akan berkata sejujurnya pada saya, bahwa yang saya lakukan salah, dan yang dia lakukan salah. Saling mengingatkan. Meskipun tak bertemu muka lagi secara intensif, masih bisa ngobrol a sampai z ngalor ngidul, dan bukan hanya kalau lagi ada perlu 😄 kita sahabat, bukan toserba 😜 dan yang paling saya suka dari persahabatan, kita punya tempat ‘sampah’ dalam suka maupun duka hahaha 😆

Dan sahabat lagi-lagi tidak akan menikam temannya dari belakang demi sebuah jabatan di kantor. Saya termasuk orang yang mudah sekali percaya kepada orang, tapi sekali saya tau, bahwa orang ini merusak kepercayaan saya, saya memilih untuk membatasi hubungan saya.

well, benar kata Kiky, semoga kita bisa apa adanya selamanya ya 😘

#day105

Aku Ibu, Aku Berpacu Dengan Waktu

Time flies..itu hampir selalu keluar dari mulut saya kalau bertemu dengan saudara atau kenalan yang lama tidak berjumpa. Terakhir kali ketemu mungkin waktu anaknya masih TK atau SD lalu ketika ketemu lagi, anaknya sudah SMA atau kuliah. I’m getting older 😥

Tanpa saya sadari, begitupun saya dan anak-anak saya, kami sedang berkejar-kejaran dengan waktu.

Rutinitas Senin ke Jumat, bangun jam 4 lalu bersiap ke kantor. Ketemu lagi dengan anak-anak sore. Badan rasanya juga cape dan ingin sekali beristirahat. Saat Adek masih di bawah 1 tahun, masih diselingi dengan memerah asip setelah anak-anak tidur, dan pumping jam 3 pagi. Pulang kantor masih harus beres-beres rumah, cuci-cuci botol, merapikan kamar Kakak, memasukkan baju seluruh anggota keluarga ke lemari, lalu mengunci pintu dan jendela. Kalau sedang beruntung saya bisa mandi sore pukul 8 malam. Tapi saya lebih sering mandi hampir jam 9, itupun leyeh-leyehnya hanya saat makan.

Weekend pun, inginnya banyak waktu bermain bersama anak-anak. Tapi kadang-kadang jam 10 pagi anak-anak belum mandi atau sarapan sementara sprei tempat tidur menunggu untuk diganti.

I choose to live without maid or nanny, so those are the consequences.

Lelah hatinya adalah, saya merasa waktu dengan anak-anak jadi sangat sedikit. Bisa sekedar ngobrol ngalor ngidul, mendengar curhatan mereka, atau sekedar main bersama. Saya merindukan waktu bersama mereka lebih panjang. Saya sangat takut saya sendiri yang mengucapkan kata ‘time flies’ untuk diri saya dan anak saya sendiri. Dan ketika itu terjadi saya tidak bisa memutar waktu kembali ke mereka kecil.

Dengan segala kemampuan yang ada saat ini, saya harus berusaha menciptakan quality time bersama suami dan anak-anak. Menanamkan kebersamaan dan cinta kasih dalam keluarga kecil kami, ya karena saya Ibu, saya yang harus menciptakan kehangatan dalam keluarga.

Saya tidak mau waktu akan menyalip saya sementara keluarga saya belum siap.

#day104

Parenting is not a race

Nor a competition…

Lagi baru kenaikan kelas kan, ada yang naik tingkat juga dari TK ke SD ke SMP ke SMA 😉 Selamat ya, kita sebagai orang tua, naik level juga 😄 dari orang tua anak SD atau orang tua anak SD kelas 6 atau orang tua anak SMA mungkin?

Well, saya sering banget baca ‘perang’ antar ibu, tapi ya sekedar baca aja, kalaupun mengalami, (*terutama kalo lagi baper 😅) ya nanti juga berlalu. Tapi topik yang mau saya ceritakan ini, ga cuma jadi domainnya Ibu-Ibu, bahkan Bapak-Bapak.

Sekolah ternyata juga bisa jadi ajang ‘adu kehebatan’ antar orang tua. Padahal ga lucu loh (*serius ga lucu), topik-topik parenting dijadikan bahan pamer. Hampir pasti, diskusinya jadi lomba, kemudian berakhir dengan bete dan munculah ucapan “emang sekolah dia yang paling bagus?” 😆

Contoh ya..Bapak D, Bapak E, dan Bapak F ngobrol di satu ruangan…

D : “Anak gw akhirnya gw sekolahin di SMP XYZ”

E : “Kenapa ga sekolah di SMP ABC? ABC sekolah bagus lho”

D : “Ah, ngapain? Sekolah uang pangkal hampir 100 juta, SPP per bulan hampir 7 juta. Emang bisa jadi apa?”

E : “Anak gw sih bakal gw sekolahin disitu. Jelas, semuanya bagus”

F : “Kalo gw milih sekolah, pastinya harus ada dasar agama. Hidup jaman sekarang, kan seram”

D : “Tapi sekolah agama sama aja. Mending anak gw sekolah di sekolah ini, dua bahasa pengantarnya. Jaman sekarang bahasa Inggris penting banget!”

Dan seterusnya…dan seterusnya…tapi diiringi dengan “mending gw…” atau “buat apa sekolah mahal…” atau kalimat-kalimat persaingan sejenis 😆😆 oya dan yang saya ceritakan ini…nyata! Kemudian salah satu akan cerita ke orang lain lagi tentang yang lain, sambil komentar lagi soal pilihan-pilihan teman bicaranya tadi. 

Begini ya, menurut saya pilihan-pilihan orang tua itu, sangat bergantung sama kondisi keluarga masing-masing. Pertimbangannya menurut saya sangat personal, jadi ya ga bisa dibandingkan benar salah atau bagus jelek. Perdebatannya mungkin dilakukan seminggu full juga ga akan selesai 😅😅😅😅😅

Keluarga D merasa sekolah agama penting, ga bisa dibandingkan dengan keluarga E yang bilang sekolah internasional penting. Sama seperti kita yang dulu memilih jurusan waktu SMA, mau IPA, IPS, atau Bahasa, kembali ke pilihan masing-masing.

Tapi memang ada sih orang tua yang suka pamer 😆 Tujuannya macem-macem, ada yang mungkin ingin menunjukkan kemampuan ekonominya, atau mau show up kemampuannya mendidik anak, atau ada yang sekedar sharing.

Nah, kita mau jadi yang mana?

#day103

Masih Bertarget?

Setelah ngos-ngosan menyelesaikan #ODOPfor99days (*tepat 2 jam sebelum hari launching #semester2 😅), saya tergoda lagi untuk join #semester2. 

Sejujurnya waktu masih hutang 13 tulisan, saya sempat bilang ke suami, saya ga mau ikutan ODOP yang batch 2 ah…malu sama konsisten, malu kejar setoran 😅 tapi begitu berhasil lulus, pikiran saya berubah! Semangat menantang diri untuk menulis mulai lagi, dan inilah saya, kembali jadi bagian #ODOP #semester2.

Teman-teman ODOP yang tak pernah ketemu muka tapi selalu memberi semangat, membuat saya terpacu lagi, terima kasih ya, you know who you are 😙😙😙

Di #semester2 ini, target saya ga muluk-muluk 😅 cukup menyempatkan menulis dan posting sekali sehari saja dulu. Mutu tulisan, tentunya saya bertekad untuk lebih baik lagi dong ya 😄

Saya mulai bisa meng-edit dan post foto di wordpress dan membuat link pada tulisan. Target yang tidak tercapai di batch lalu adalah…

mempercantik blog 😂😂

Ingin ganti theme, font, menambahkan fitur-fitur cantik, keywords…mungkin inilah yang harus bisa saya coba di #semester2 ini 🙂

Seperti sebuah seleksi alam, yang unggul pasti akan bertahan karena usahanya. Pilihan saya untuk jadi yang unggul 😉 karena itu saya bergabung lagi di #semester2 ini. Di awal #ODOPfor99days jumlah peserta sangat banyak, dan makin lama makin berkurang, sampai tersisa yang sekarang.

Kendala saya terbesar adalah melawan rasa malas 😅 kalau malas kambuh, duh berujung mentok di ide. Sekarang memang lagi ‘semangat-semangat’nya, dan mudah-mudahan kali ini tetap bersemangat. 

Saya memanfaatkan business trip sebagai waktu untuk menulis. Di perjalanan, sebelum tidur, atau setelah waktu kerja. Kalau hari biasa, saya akan curi waktu di perjalanan ke kantor, sambil menyusui Adek, atau setelah anak-anak tidur. Semoga konsisten 😄

Selamat Berjumpa Kembali Lulusan #ODOPfor99days dan Selamat Datang Kelompok #semester2. 

Semangat ya untuk kitaa 😘

#day102

Tripod Yoga Pose

Setelah ikut 15 pertemuan yoga (*potong 1.5 bulan libur karena bulan puasa dan lebaran) akhirnya minggu lalu kelas dimulai lagi. Pertemuan minggu lalu menurut saya latihannya biasa saja, tidak terlalu berat, tapiii karena 1.5 bulan tidak latihan, setelah latihan biasa saja itu saya sukses pegal-pegal di tangan, kaki, leher, dan perut. Untuk batuk saja, perut sakitnya minta ampun 😅 kurang lebih 4 hari baru membaik 😂

Tadi siang latihan lagi, entah kenapa, rasanya latihan hari ini, melelahkaaan sekali pemanasannya. Entah masih karena efek lama tidak latihan atau masih malas 😅 tapi hei, saya berhasil mencoba 1 pose! Saya sudah lama mencoba pose tripod ini tapi hanya bertahan sebentar, sekarang bisa bertahan dalam 5 hitungan! Seneeeeeng bangeeet, yoga teacher saya, Mba Iin pun ikut senang, karena mungkin saya murid baru yang paling ga brani coba pose-pose dengan kepala di bawah 😂😂

Photo was taken from 
here

Lalu saya pun browsing manfaat pose yoga ini, selain untuk menjaga kebugaran dan kesehatan. Iya, awalnya memang olahraga supaya menjaga kesehatan, saking karena saya ga pernah olahraga. Later on, saya makin menyukai yoga. Gerakannya yang tidak terburu-buru dan fokus pada diri sendiri dan berat badan sendiri 😅 membuat saya merasa nyaman. Waktu latihan rasanya minta ampun deh, tapi sesudah latihannya, badan enak banget! Segar!

Dari browsing sana sini, saya menemukan salah satu manfaat dari tripod pose ini adalah mengalirkan darah ke arah kepala, sehingga bisa menjadi terapi bagi penderita sinusitis, asma, dan insomnia. Klop deh! Kebetulan saya menderita sinusitis yang kalau kambuh, rasanya nyut-nyutan banget. 

Tripod yoga pose ini menekankan pada keseimbangan lengan dan tubuh. Kuncinya ada di kekuatan lengan dan menahan perut supaya badan naik, dan lutut bisa naik ke atas siku tangan. Pose ini memperkuat tangan, perut, kaki, dan tulang belakang. Oiya, tambahan lagi pose ini bisa meredakan mild depression juga.

Selanjutnya adalah bagaimana menaikkan kedua kaki untuk menjadi headstand 😄 mudah-mudahan nyali saya cukup besar untuk mencoba tantangan selanjutnya 😆

#day101

Lulus di ODOP

Akhirnya saya berhasil menamatkan perjalanan tantangan One Day One Post 😄 rasanya bagaimana? Legaa, senaang, bahagiaa, dan tenang, karena hutang (menulis) berhasil dilunasi 😄😄

Meskipun berhasil menutupinya 2 jam saja sebelum kelas baru dimulai, saya tetap merasa bahagia (*better late than never kepake banget deh disini 😅)

Baru ngeh ternyata pidato kelulusan dibuat terpisah, jadi saya punya 2 pidato kelulusan, yang disini dan post sekarang ini.

Mudah-mudahan makin banyak yang menulis di batch 2 nanti 🙂 dan semoga teman-teman seperjuangan di batch 1 tetap bersemangat menulis. 

Saya yang pernah ‘pensiun’ menulis karena haters, kembali bersemangat dengan ODOP ini 🙂 selalu cari tujuan kita menulis, maka seperti apapun tantangannya, kita pasti akan kembali, menulis :):)

#ODOPfor99days #day100 #pidatokelulusan

Dan Akhirnyaa…

Setelah cita-cita jadi Mastah ODOP tak tercapai, selesai tepat waktu tak berhasil, semester pendek ikut kelas perpanjangan (*pembukaan yang panjang 😅) akhirnyaaa saya sampai di postingan ke-99 dari challenge One Day One Post for 99 days 😄😄😄 (*kasi applaus yang meriah). Meskipun tentunya saya membuatnya tidak dalam 99 hari 😆

Sempat hampir menyerah ketika masa semester pendek berakhir 23 Juli lalu dengan utang 13 tulisan..tapi grup ini memang hebat, Teh Shanty Dewi Arifin (blognya : shantystory) sebagai inisiator program dan Mba Dessy Natalia Engel (blognya : ibujerapah.wordpress.com) menyemangati dan mengabari semester pendek diperpanjang sampai 1 Agustus, semangat saya kembali berkobar. Jadi mohon dimaklumi, dalam sehari ada beberapa postingan (*namapun kejar setoran 😅)

Akhirnya malam ini saya sampai juga ke garis finish.

Senengnya di challenge ini, meskipun mood naik turun, selalu ada teman-teman pembangkit semangat. 

Selanjutnya? Saya mau merawat blog ini dengan tulisan-tulisan buah pikiran saya. Seperti kata Teh Shanty, merekam kenangan dalam tulisan. Saya dedikasikan tulisan saya (*ala-ala artis nerima award 😜) untuk keluarga saya terutama anak-anak dan suami, semoga semangat yang baik ini menular kepada mereka. Mudah-mudahan memberi manfaat yang baik juga bagi orang lain :):)

Judul postingan sampai post nomer 53 bisa dibaca disini yaa..

Saya lanjutkan ke nomer berikutnya sampai ke 99 yaa : 

  • 54. Lapor Pajak Makin Gampang
  • 55. Kakak vs Adek (1st part)
  • 56. Jangan Hanya Minta Dimengerti Sendiri Saja
  • 57. Coco dan Cici
  • 58. Serba Dibuat Sendiri
  • 59. Kangen Rumah
  • 60. Karma Itu Ada
  • 61. Gigi oh Gigi
  • 62. Acro-Yoga
  • 63. Jadi ‘Mastah’ ODOP
  • 64. Bisnis itu (tidak) Mudah
  • 65. Cepet Sembuh Adek
  • 66. Sekolah Menjadi Orang Tua
  • Besok-besok mesti bikin list judul sambil nulis deh 😅 tracing satu persatu ini takes time banget 😅
  • 67. Half Price Living
  • 68. 24 Tahun
  • 69. Bitchy ke Suami, Yay or Nay?
  • 70. No Gadget Weekend
  • 71. Hutang Menulis
  • 72. Perpanjang SIM Tanpa Mudik
  • 73. Jadi Narasumber
  • 74. Heaven is…
  • 75. Anyer – Carita Sekarang
  • 76. Sabar Waktu Anak Sakit
  • 77. Skin Care Luar Dalam : SK-II dan H2
  • 78. This Year Birthday Gifts
  • 79. Ada Apa Dengan Cinta 2
  • 80. SHE Moment
  • 81. Transportasi Jakarta Lebih Baik
  • 82. Waktunya ‘Bangkit’
  • 83. Melahirkan, Apapun Caranya
  • 84. Karakter, Kenapa Penting?
  • 85. Sanggup Bayar, Ga Sanggup Komitmen
  • 86. Semua Harus Jelas Tujuannya
  • 87. Demam Sekolah Hari Pertama
  • 88. Happiness is…
  • 89. Orang-Orang Berjasa (1)
  • 90. Memaksimalkan Gadget
  • 91. Less Sugar No Bake Oreo Cheesecake
  • 92. Libur Lebaran di Bandung
  • 93. Pre Reuni TL 01
  • 94. Panen Hasil Tanaman di Rumah
  • 95. 5.5 dan 1.5 Tahun
  • 96. Kelas Make Up
  • 97. Orang-Orang Berjasa (2)
  • 98. Merugikan Orang Lain di Jalan
  • 99. Dan Akhirnya…

*tebar confetti* 😄😄😄😄😄
#ODOPfor99days #day99 #pidatokelulusan