Hai 😄
Lama ga nulis deh saya (*sambil nyapu2 dan ngelap2 blog 😆), lama banget! Sejak si hp note ini rusak, trus ganti ke J, trus note diperbaiki dan sudah bisa dipakai lagi dengan kadang-kadang masih error tapi masih bisalaaahh π
Kangen nuliiiis, kangen menangkap langkah kehidupan dalam tulisan π
Semangatnya datang dari temen-temen #ODOP, yang membuat saya merasa terapresiasi, karena, “wah, saya ada di dalam group blogger yang handal” (*nebeng biar dibilang handal 😅) gimana taunya handal? Well, di beberapa ajang lomba nulis blog aka blogger competition, beberapa adalah juara-juaranya. Beberapa sudah menghasilkan uang dari tulisannya. Dan sederet kisah sukses lainnya. Terpecut? Iya dong, masternya ada semua, murah berbagi, masak iya mau silent reader terus 😌 (*sambil nunduk malu, ambil parfum, semprot blognya, biar wangi 😆)
Desember memang belum habis, tapi…saya sudah ingin merekapitulasi pelajaran hidup selama setahun ini. Rasanya 2016 ini adalah tahun yang penuh pelajaran untuk saya π
Di pertengahan Januari, suatu Senin pagi, saya dikejutkan dengan pesan dari whatsapp “Perusahaan ini mau tutup. Semua pekerja diberhentikan.” Awal tahun yang cukup mengejutkan bagi kami, terutama suami saya. Syukurlah, Tuhan sangat menyayangi kami. Ujian ini sanggup kami lalui, tidak lama suami saya sudah berkarir di tempat yang baru, dengan tantangan baru, malah lebih baik dari sebelumnya. Itu saja hikmahnya? Belum semua…Di masa sulit itu, kami belajar menguatkan hubungan. Tuhan memberi kami waktu untuk ngobrol dari hati ke hati, sehingga kualitas hubungan membaik. Kami lebih baik.
Instead of investing or saving dari pesangon, kami memilih menyelesaikan kewajiban cicilan kami. Awalnya sederhana saja, kalau kami cicil per bulan akan memberatkan biaya operasional bulanan ketika suami saya belum kembali bekerja, sehingga kami memutuskan menutup cicilan. Perasaan kami? Lega. Lepas dari hutang cicilan itu sangat melegakan βΊ
Masih di triwulan pertama tahun 2016, saat penilaian kinerja personal. Atasan saya mengatakan bahwa salah seorang peer saya menyampaikan bahwa dia tidak menyelesaikan pekerjaannya karena saya, karena saya menanyainya tentang pekerjaan. Alih-alih menerima penjelasan saya, atasan saya menganggap saya kurang dalam berkomunikasi dan saya meremehkan orang lain. Somebody was playing victim at that time.
Pekerjaan yang dilakukan peer saya ini, sebutlah si MR, mempengaruhi kelanjutan pekerjaan beberapa unit, sehingga saya bertanya pada MR, “apakah sudah selesai?kira-kira kapan selesai?” Dan karena pertanyaan itu saya dianggap membuat pekerjaannya tidak selesai π
Atasan saya menyarankan agar ke depannya saya bertanya melalui atasan saya saja mengenai pekerjaan MR. Saya menyepakatinya. Hampir setahun sejak MR ‘mengadukan’ saya, apakah tugas-tugasnya selesai? As predicted, jawabannya : TIDAK. Not even reach 75% :D:D Mengabaikan tugasnya, lantas mengakui pekerjaan saya sebagai miliknya, dilakukan juga π I’ve been working for years with many teams from some units and never had a problem, but time will prove anything…meskipun sampai sekarang MR ini tetap ada, saya yakin, Tuhan melihat segalanya. Saya anggap MR ini adalah satu materi ‘ujian kenaikan tingkat hidup’. Politik kantor ya namanya, macam-macam bentuknya 😁😁😁
Lalu di tahun ini datanglah ‘perang batin’ ibu bekerja. Yes, saya ingin berhenti dan mengurus rumah tangga. Saya ingin menyudahi segala bumbu politik kantor, ditambah biaya daycare yang tidak lagi bersubsidi, mahal sodara-sodari…(*mencapai 3 kali lipatnya). Saya juga sangat ingin menerapkan pola pengasuhan untuk anak-anak saya sesuai dengan kemampuan terbaik saya, menemani belajar dan bermain, serta melihat perkembangan mereka setiap saat. Suami saya mengajukan pertanyaan sebelum saya memutuskan resign “Apakah kamu yakin berhenti bekerja? Apa jangan-jangan dalam 3 bulan kamu jadi jenuh dan uring-uringan?” Pertanyaan suami saya ini belum bisa saya jawab sampai saat ini. Dan beberapa pertimbangan lain yang membuat saya akhirnya masih memilih jalur ibu bekerja.
Di tahun ini juga saya belajar banyak hal tentang bagaimana seseorang menyampaikan pikiran dan pandangan. Saya ingat ada sebuah pernyataan “Menitipkan uang, akan berkurang, menitipkan pembicaraan, akan berlebih”:) Pukulan telak saya dapatkan dari orang-orang dekat. Saat saya sudah menjelaskan keadaan sebenar-benarnya, dan orang lain tidak menerima, bahkan percaya pada pembicaraan yang sudah dibumbui, saat itulah saya kembali berterima kasih bahwa Tuhan sedang menegur saya, mengingatkan akan karma kehidupan saya terdahulu, untuk nantinya hidup lebih baik, terutama untuk kedua anak kesayangan saya. π
Yoga! Tahun ini senaaang sekali rasanya saya berkenalan dengan yoga π Dengan berlatih yoga secara rutin, saya merasa mendapatkan semangat baru, melakukan hal-hal yang selama ini saya tidak yakin bisa melakukannya, tapi ternyata saya…bisa!! Pose tripod apalagi headstand yang sejak kecil mungkin hanya bisa saya lakukan dalam mimpi, sekarang bisa saya lakukan dengan penuh kesadaran. Yoga pun menjadi terapi untuk diri saya, melatih kesabaran dan kesadaran untuk diri saya. Dalam beryoga, saya tidak sedang berkompetisi dengan dunia, saya hanya sedang menaklukkan semua kekhawatiran dan ketakutan saya, sehingga setelah melakukan yoga saya merasa bugar dan bahagia π
Beberapa waktu ini saya mungkin sedang tidak dalam kondisi terbaik, tapi lagi-lagi grup ODOP ini datang membawa semangat baru. Melalui grup whatsapp awal Desember 2016 lalu, saya berkesempatan kulwap dengan penulis kenamaan Indonesia, She is Dee! The famous Dewi Lestari which is known by her ‘Supernova’ book 😍😍😍 Meskipun menjadi penulis terkenal bukan jadi tujuan utama saya, tetapi kulwap ini membangkitkan semangat saya untuk terus menulis. Kalau Dory dalam film Finding Dory diingatkan orang tuanya untuk “Keep Swimming..Keep Swimming..” saya bagai disemangati “Keep writing…Keep writing..” π Satu lagi, saya tersanjung Bapak PM Susbandono mau membaca dan memberi saran untuk tulisan saya. Saya mencatat saran beliau, menulis dengan tujuan dan sensitif dengan sekitar :):) Matur nuwun sanget, Bapak!
Dan yang paling gres adalah….Sertifikat ODOPfor99days!!! Rasanya bahagiaaaa banget menerima sertifikat ini 😄😄 Sertifikat ini mengingatkan saya bagaimana perjuangan saya mencoba lulus dari #ODOPfor99days, saya tidak menyangka, saya bisa melaluinya!! Big applause and hat off to all of my #ODOPfor99days fellas 😙😙 especially Teh Shanty Dewi Arifin, the initiator.
Saya percaya di balik setiap ujian akan ada hikmahnya. Semua ujian ini menaikkan kelas keimanan dan kepercayaan saya kepada Tuhan. Tuhan tidak akan menguji umatNya melebihi batas kemampuan umatNya. Dan saya yakin, karena semua indah pada waktuNya, akan ada hari dimana saya akan tersenyum menuai buah-buah tanaman saya, untuk saya berikan hanya kepada kedua anak kesayangan saya.
#day114